Sabtu, 06 Desember 2014

Pesimisme dan Kegagalan dalam Kehidupan

Satu ketika terpaan getirnya kehidupan membuat putus asa memenuhi pikiran.
"betapa sulitnya, sudahlah. memang aku tak pantas"
"kenapa sih? kok begini jadinya? apakah aku terlahir untuk menderita?"
"selalu saja gagal. selalu saja berakhir tanpa keuntungan. payah!"
atau banyak lagi cetusan kekecewaan yang memenuhi pikiran.
gagal memperoleh impian. gagal mempertahankan team. gagal mencapai cita-cita.
lantas kecewa. lantas putus asa. lantas tak punya daya juang.
pesimis adalah detak jiwanya.
"alah, sudahlah. cuma buang waktu. pasti nanti gagal lagi"
"untuk apalah capek-capek. entar juga pasti bubar lagi. sok bisa aja"
"sudahlah. kan ada yang lain. tanggung jawab saya sudah lepas. lagian kalo saya, pasti gagal akhirnya"
bahkan banyak lagi ujaran bernada pesimis abis.
Demikianlah manusia. memang diciptakan sebagai makhluk penuh keluh kesah.
Tetapi, apakah keputusasaan itu akan memperbaiki keadaan?
akankah kepesimisan itu akan membahagiakan?
Pesimis adalah sebuah bentuk lemah jiwa. Putus asa adalah dosa yang membuat jiwa semakin merana. Tidak ada yang harus dipelihara dari kedua ini di dalam jiwa.
Ketidakberhasilan mencapai cita-cita adalah sebuah peluang untuk berusaha lagi. dan sebenarnya, berusaha itu adalah peluang mendulang pahala.
Memang tidak begitu mengenakkan jiwa jika kegagalan yang diperoleh. Akan ada kecewa dan itu wajar. Akan ada rasa bersalah dan itu sah-sah saja. Akan ada kebosanan dan itu lumrah saja.
Tidak selamanya jiwa akan tegar.karena jiwa bukanlah seonggok bangunan yang seperti itu-itu saja. dan bukan tidak mungkin dua hal tersebut (red: pesimis dan putus asa) adalah ujian jiwa. dan mungkin juga kedua hal tersebut adalah sebagai pintu menuju ridhanya setan.
Jika merasa belum berhasil maka latihlah jiwa bersabar. dan kembangkan pikiran untuk menjejali semua kemungkinan positif dibalik kegagalan itu. Setidaknya, tanamkanlah dalam jiwa bahwa lebih baik gagal daripada tak berbuat.
Merasa harapan tak lagi ada merupakan salah satu gerbang keputusasaan. Sebenarnya kehidupan ini disesaki keserbamungkinan. Mungkin berhasil. Mungkin gagal. Dan percayalah, harapan itu masih ada.
Mungkin akan hadir pertanyaan bagaimana harapan itu masih ada. sedangkan saya sudah berusia 25 tahun. sedangkan saya berharap masuk PTN dari jalur ujian masuk PTN.
Benar, dalam beberapa hal, kesempatan tak dapat diulang. Tapi, marilah dewasakan jiwa. Yakinkan hati, bahwa apa saja yang tak berhasil kita raih, ada kebaikan untuk kita. Sebab mungkin saja ada kejekan yang akan kita peroleh atau lakukan tatkala impian itu kita raih. mungkin. Ini bukan menghibur diri. Tapi ini cara kita mendidik jiwa agar senantiasa punya nafas segar untuk bergerak selalu.
Saat ini, kondisi kini, adalah hasil kerja dan semua aktivitas lampau. dan pasti, hasil semua aktivitas akan dituai di masa berikutnya. Itu artinya, tatkala kita senantiasa punya harapan dan membangun tembok dari keputusasaan, akan ada peluang dan kesempatan lain yang menanti. Raihlah.
Ada baiknya renungkan senandung lirik nasyid berikut:
Tak perlu ada panggung ratapan..
Untuk setiap Ujian yang datang..
Namun harus hadirkan kebangkitan..
Untuk terus maju menatap masa depan..
Kita masih hidup di langit yang sama..
Dengan hembusan angin yang tak berbeda..
Maka tak ada kata mundur kebelakang..
Karena matahari masih bersinar terang..
Cinta .. Kerja .. Harmoni ...
Mari kita wujudkan..
Dengan Cinta, Kita Bersama
Dengan kerja, Kita berkarya
Dengan Harmoni, Kita satu hati
Maka kan jayalah negeri ini..

(maidany)