Jumat, 25 Juni 2010

Penegasan pilihan

Di dalam hidup
banyak kejadian yang tak sanggup diatasi
berantakan
pecah berserakan.

semua jadi semrawut
seperti kusutnya benang yang terurai
layaknya gurami yang di lemparkan
riuh dan berserakan

penegasan
itulah yang perlu dilakukan
penegasan komitmen dan cita
menegaskan ide untuk diwujudkan

tegaskan saja dengan lantang
Biarkan yang lain terikut atau akan memberontak
penegasan
membuat masalah teratasi dengan tuntas

Seperti mengobati seorang sakit
ia tidak segera sembuh
tapi sang waktu yang membawa
kembali pada sedia kala

semoga dimudahkan
berjuanglah
sampai ke akhirnya
salam mmotivasi!!

Sabtu, 12 Juni 2010

Adakah Kau Lupa

Wahai diri
rentangan usia sudah memanjang
tarikan tinta kehidupan sudah penuhi kanvas
tetapkah ada detak rasa itu?

bilangan usia tak lah engkau pastikan
dan semua kejadian bukanlah atas izinmu
deraian salah dan ketidakseriusn
kenapa semakin mewarnai?

Setelah perjalanamu di jalan ini
tiga, lima, sepuluh atau bahkan puluhan tahun
diri sudah menceburkan diri dalam jalan ini
masihkah terngiang tujuan besar itu di hati?

Adakah kau lupa
Jalan ini penuh coba dan amat panjang
Cita itu mulia dan agung serta besar
dai itu tak akan tercapai tanpa kekuatan

Bukan saja kekuatan yang tampak
Tapi kekuatan yang disepelekan orang kafir
Kekuatan hubungan dan kedekatan kepada-Nya
Sang pemilik semua kekuatan.

Bahwa perjalanan ini kadang melenakan
atas nama kebaikan juga
dengan tameng masih ada kerjaan
dengan senjata ini demi umat
dengan argumen ini mihwar
dengan bantahan ini kan sementara
dan sekian deret lagi

Adakah kau lupa
tentang sang raja dan madu?
tatkala sekian banyak rakyatnya berdalih
'ini kan aku saja'
akhirnya, tiada madu
yang terkumpul adalah air

adakah kau lupa
kita adalah bangunan
bahwa kelemahan setiap bagiannya
akan melemahkan bangunan itu secara keseluruhan

Adakah kau lupa
bahwa semboyan kita adalah
'Nahnu du'at qobla kulla syaiin'
terserah apaun posisi da jabatan

adakah kau lupa
takkan pernah bisa memberi jika tidak punya
lantas apa yang akan diberikan untuk umat
jika tak ada sesuatu dalam diri

adakah kau lupa
ada sekian muwashshofat yang diinginkan
ada sekian kewajiban sebagai da'i
dan itulah bekal diri dan jiwa
melaksanakan peran sebagai da'i

Yah, kadang terasa sepele
membaca, hafalan, wirid
berkunjung, latihan, menelaah
tapi itu demi menjaga bangunan ini

Semoga
budaya memperbaiki diri dan mengajak orang lain
bisa kita bangun
Tetaplah optimis
Muhasabah untuk perbaikan bukan tangisan

Allahu Akbar!!

Rabu, 09 Juni 2010

Ingin menjadi Baru

Semoga hari ini mengawali kebangkitan dalam hidupku. Bangkit dari rasa lemah dan juga rasa ketidakberdayaan.

Semoga Allah memberikan kekuatan untuk mampu bertahan dalam garis kebenaran. Betapa kurasakan pedih. Seolah hidayah ini kupermainkan. Ketidakseriusanku sebagai seorang yang mengaku aktifis dakwah membuyarkan semua cita. Dosa itu menggunung, tapi permohonan ampun itu bahkan sering bertukar menjadi kepalsuan.
Begitu banyak kesalahan yang harus ditebus. Mungkin aku bisa memahami ini. Tapi bagaimana aku menjelaskan semua yang terjadi kepada wanita kesayanganku, IBU. Adik-adikku yang polos. Ya Allah, aku seperti bermain peran kebaikan tetapi itu hanyalah topeng. Dan kini topeng itu hancur. Dan nyatalah kini siapa sebenarnya yang dibalik topeng itu. Saiful yang nista dan lemah. Lemah asa dan lemah usaha. Jauh dari Tuhannya.

Sekian nama wanita yang menjadi korban. Karena kelalaianku, mereka jadi merasa ada virus merah jambu di hati mereka. Walaupun sebenarnya aku tak akan mungkin mampu membohongi hatiku sendiri. Ya Rabbii, mereka wanita yang mulia. Maafkan hati ini menjadi karena syahwat lawan jenis. Allah, aku sadar aku sungguh bukan sekufu dengan mereka. Maafkan aku ya Allah. Nafsuku membisikkan bahwa ini adalah fitrah dan tuntutan usiaku yang juga sudah berbilang. Astaghfirullah.

Aku malu ya Allah. Melihat bilangan usia yang nyaris sempurna 26 tahun, hatiku pedih. Merasakan tidak layak sepertinya aku dan kehidupanku kini berusia seperti itu. Rasanya kelakuan, kehidupan, amal dan semuanya dariku menunjukkan bahwa aku masih berusia di bawah 18 tahun. Penuh angan dan tak memiliki tanggungan. Ampuni hamba Ya Allah. Duhai Tuhanku, jangan engkau jadikan rasa fitrah di hati ini menjadi tameng dan menjerumuskan aku ke dalam azab-Mu.

Ya Allah, buatlah hati ini tenang. Jangan jadikan kegelisahan karena mengingati seorang wanita yang belum halal untukku bersemayam di dalamnya. Perih sekali terasa di ulu hati. Duhai Tuhan, aku sangat lemahnya. Tak sanggup aku menyahuti fitrah ini kini. Sekian rindu pun hati ini, tapi aku masih belum sanggup menunaikannya ya Allah. Aku sedikit tahu tentang amanah seorang suami. Rasanya aku belum sanggup ya Allah. Duhai Tuhanku, jangan biarkan hatiku berburuk sangka pada-Mu. Wahai sembahanku, Engkau maha pengasih lagi maha penyayang. Engkau memberikan yang tepat dan terbaik untuk hamba-Mu. Ya Allah, tolong bantu aku agar bisa fokus. Rabb, izinkan aku menyelesaikan S1-ku dengan segera. Ya Allah bukakan seluruh tabir yang menghalangi.

Allahku, Berikan ketenangan kepada Almarhum ayahku. Jadikan kuburnya sebagai taman syurga. Tambahkan balasan kebaikannya dan ampuni dosanya. Wahai Allah yang maha mulia, ampuni dosa-dosa ibuku. Berikan kemudahan hidup baginya. Berika ia kemudahan rezeki. Jadikan adik-adikku; Ali, Anas, Elfi, inur, dan Dina menjadi anak yang shaleh dan taat pada orang tua. Lembutkan hati mereka untuk selalu mengasihi Ibu. Berikan kesehatan dan hidayah-Mu pada mereka. Beri mereka kemudahan rezeki yang luas dan halal dari sisi-Mu.

Duhai Allah, kuatkan aku untuk berubah menjadi teratur dan hidup sesuai syariat dan contoh dari nabi-Mu. Engkau maha perkasa. Dan tidak ada tuhan yang mengabulkan doa kecuali Engkau.Allahummaghfirlii. amiin>

Kamis, 03 Juni 2010

GAZA TIDAK MEMBUTUHKANMU !

Ini tulisan dari mbak Santi Soekanto, wartawati senior, istri mas Dzikrullah. Wisnu Ramudya (wartawan juga) yang keduanya ikut dalam rombongan kapal Mavi Marvara. Tulisan ini dibuat hari Sabtu, 29 Mei 2010. Isinya sangat menggugah. Semoga bermanfaat!

Di atas M/S Mavi Marmara, di Laut Tengah, 180 mil dari Pantai Gaza. Sudah lebih dari 24 jam berlalu sejak kapal ini berhenti bergerak karena sejumlah alasan, terutama menanti datangnya sebuah lagi kapal dari Irlandia dan datangnya sejumlah anggota parlemen beberapa negara Eropa yang akan ikut dalam kafilah Freedom Flotilla menuju Gaza. Kami masih menanti, masih tidak pasti, sementara berita berbagai ancaman Israel berseliweran.

Ada banyak cara untuk melewatkan waktu – banyak di antara kami yang membaca Al-Quran, berzikir atau membaca. Ada yang sibuk mengadakan halaqah. Beyza Akturk dari Turki mengadakan kelas kursus bahasa Arab untuk peserta Muslimah Turki. Senan Mohammed dari Kuwait mengundang seorang ahli hadist, Dr Usama Al-Kandari, untuk memberikan kelas Hadits Arbain an-Nawawiyah secara singkat dan berjanji bahwa para peserta akan mendapat sertifikat.

Wartawan sibuk sendiri, para aktivis – terutama veteran perjalanan-perjalanan ke Gaza sebelumnya – mondar-mandir; ada yang petantang-petenteng memasuki ruang media sambil menyatakan bahwa dia “tangan kanan” seorang politisi Inggris yang pernah menjadi motor salah satu konvoi ke Gaza.

Activism

Ada begitu banyak activism, heroism…. Bahkan ada seorang peserta kafilah yang mengenakan T-Shirt yang di bagian dadanya bertuliskan “Heroes of Islam” alias “Para Pahlawan Islam.” Di sinilah terasa sungguh betapa pentingnya menjaga integritas niat agar selalu lurus karena Allah Ta’ala. Yang wartawan sering merasa hebat dan *powerful* karena mendapat perlakuan khusus berupa akses komunikasi dengan dunia luar sementara para peserta lain tidak. Yang berposisi penting di negeri asal, misalnya anggota parlemen atau pengusaha, mungkin merasa diri penting karena sumbangan material yang besar terhadap Gaza. Kalau dibiarkan riya’ akan menyelusup, na’udzubillahi min dzaalik, dan semua kerja keras ini bukan saja akan kehilangan makna bagaikan buih air laut yang terhempas ke pantai, tapi bahkan menjadi lebih hina karena menjadi sumber amarah Allah Ta’ala.

Mengerem

Dari waktu ke waktu, ketika kesibukan dan kegelisahan memikirkan pekejaan menyita kesempatan untuk duduk merenung dan tafakkur, sungguh perlu bagiku untuk mengerem dan mengingatkan diri sendiri. Apa yang kau lakukan Santi? Untuk apa kau lakukan ini Santi? Tidakkah seharusnya kau berlindung kepada Allah dari ketidak-ikhlasan dan riya’? Kau pernah berada dalam situasi ketika orang menganggapmu berharga, ucapanmu patut didengar, hanya karena posisimu di sebuah penerbitan? And where did that lead you? Had that situation led you to Allah, to Allah’s blessing and pleasure, or had all those times brought you Allah’s anger and displeasure?

Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, sungguh banyak orang yang jauh lebih layak dihargai oleh seisi dunia di sini. Mulai dari Presiden IHH Fahmi Bulent Yildirim sampai seorang Muslimah muda pendiam dan shalihah yang tidak banyak berbicara selain sibuk membantu agar kawan-kawannya mendapat sarapan, makan siang dan malam pada waktunya… Dari para ‘ulama terkemuka di atas kapal ini, sampai beberapa pria ikhlas yang tanpa banyak bicara sibuk membersihkan bekas puntung rokok sejumlah perokok ndableg.

Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, di tempat ini juga ada orang-orang terkenal yang petantang-petenteng karena ketenaran mereka. Semua berteriak, “Untuk Gaza!” namun siapakah di antara mereka yang teriakannya memenangkan ridha Allah? Hanya Allah yang tahu.

Gaza Tak Butuh Aku

Dari waktu ke waktu, aku perlu memperingatkan diriku bahwa Al-Quds tidak membutuhkan aku. Gaza tidak membutuhkan aku. Palestina tidak membutuhkan aku. Masjidil Aqsha milik Allah dan hanya membutuhkan pertolongan Allah. Gaza hanya butuh Allah. Palestina hanya membutuhkan Allah. Bila Allah mau, sungguh mudah bagi-Nya untuk saat ini juga, detik ini juga, membebaskan Masjidil Aqsha. Membebaskan Gaza dan seluruh Palestina.

Akulah yang butuh berada di sini, suamiku Dzikrullah-lah yang butuh berada di sini karena kami ingin Allah memasukkan nama kami ke dalam daftar hamba-hambaNya yang bergerak – betapa pun sedikitnya – menolong agama-Nya.

Menolong membebaskan Al-Quds. Sungguh mudah menjeritkan slogan-slogan, Bir ruh, bid dam, nafdika ya Aqsha…Bir ruh bid dam, nafdika ya Gaza! Namun sungguh sulit memelihara kesamaan antara seruan lisan dengan seruan hati.

Cara Allah Mengingatkan

Aku berusaha mengingatkan diriku selalu. Namun Allah selalu punya cara terbaik untuk mengingatkan aku. Pagi ini aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekedarnya – karena tak mungkin mandi di tempat dengan air terbatas seperti ini, betapa pun gerah dan bau asemnya tubuhku. Begitu masuk ke salah satu bilik, ternyata toilet jongkok yang dioperasikan dengan sistem vacuum seperti di pesawat itu dalam keadaan mampheeeeet karena ada dua potongan kuning coklaaat…menyumbat lubangnya! Apa yang harus kulakukan? Masih ada satu bilik dengan toilet yang berfungsi, namun kalau kulakukan itu, alangkah tak bertanggung- jawabnya aku rasanya? Kalau aku mengajarkan kepada anak-anak bahwa apa pun yang kita lakukan untuk membantu mereka yang fii sabilillah akan dihitung sebagai amal fii sabilillah, maka bukankah sekarang waktunya aku melaksanakan apa yang kuceramahkan?

Entah berapa kali kutekan tombol flush, tak berhasil. Kotoran itu ndableg bertahan di situ. Kukosongkan sebuah keranjang sampah dan kuisi dengan air sebanyak mungkin – sesuatu yang sebenarnya terlarang karena semua peserta kafilah sudah diperingatkan untuk menghemat air – lalu kusiramkan ke toilet.

Masih ndableg… Kucoba lagi menyiram… Masih ndableg. Tidak ada cara lain. Aku harus menggunakan tanganku sendiri…
Kubungkus tanganku dengan tas plastik. Kupencet sekali lagi tombol flush.Sambil sedikit melengos dan menahan nafas, kudorong tangan kiriku ke lubang toilet…Blus! Si kotoran ndableg itu pun hilang disedot pipa entah kemana…
Lebih dari 10 menit kemudian kupakai untuk membersihkan diriku sebaik mungkin sebelum kembali ke ruang perempuan, namun tetap saja aku merasa tak bersih. Bukan di badan, mungkin, tapi di pikiranku, di jiwaku.

Ada peringatan Allah di dalam kejadian tadi – agar aku berendah-hati, agar aku ingat bahwa sehebat dan sepenting apa pun tampaknya tugas dan pekerjaanku, bila kulakukan tanpa keikhlasan, maka tak ada artinya atau bahkan lebih hina daripada mendorong kotoran ndableg tadi.

Allahumaj’alni minat tawwabiin…

Allahumaj’alni minal mutatahirin…

Allahumaj’alni min ibadikas-salihin…

sumber: http://www.al-ikhwan.net/gaza-tidak-membutuhkan-aku-3704/

Rabu, 02 Juni 2010

Dosa

Berdosa
Melakukan kemaksiatan
karena dosa bukan perbuatan
tapi dosa adalah balasan

Yah, dosa itu tak tampak
dosa itu tidak membuat bercak merah pada wajah
secara langsung
jadi, perlu kejelian.

Dosa itu balasan atas tiap kesalahan
ganjaran untuk tiap maksiat
pembawa kesengsaraan
dan pemberi penderitaan

Meski ia tidak tampak oleh manusia
tapi ia tak akan pernah terlupa
dari catatan amal
ia akan menagih di hari berbangkit

Hati-hati
itu saja yang perlu
Hati-hati
agar diri tidak bermaksiat dan melanggar aturan-Nya
maka dosa tidak akan datang

Ampunan adalah harapan
semoga dosa tak menghalangi diri
dari hidayah dan kasih sayang-Nya
allahummaghfirlii