Kamis, 29 Juli 2010

Tarhib Ramadhan

TARHIIB RAMADHAN
Alhamdulillah, pada tahun ini kita-insya Allah- akan kembali bertemu dengan tamu mulia bulan suci Ramadhan. Bulan penuh berkah, rahmat dan maghfirah, bulan diwajibkan shiyam dan diturunkan Al-Qur’an sebagai hidayah untuk manusia. Malam diturunkan Al-Qur’an disebut Malam Kemuliaan (Lailatul Qodr) yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan ibadah dan pembinaan kaum muslimin menuju derajat muttaqiin.

 Khutbah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menyambut Ramadhan

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sangat gembira dan memberikan kabar gembira kepada umatnya dengan datangnya bulan Ramadhan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan keutamaan-keutamaannya dalam pidato penyambutan bulan suci Ramadhan:
عَنْ سَلْمَانَ الفَارِسِي قَالَ: خَطَبَنَا رَسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِي آخِرِ يَوْمٍ مِنْ شَعْبَان فقال "يا أيها الناسَ قَدْ أَظَلَّكُم شَهْرٌ عَظِيْمٌ شهرٌ مُباركٌ، شهرٌ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، وَجَعَلَ اللهُ تَعَالى صِيَامَهُ فَرِيْضَةً وَقِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعًا، مَنْ تَقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الْخَيْرِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فريضةً فِيْهِ كان كمن أدّى سَبْعِيْنَ فريضةً فيما سواه، وهو شهرُ الصبرِ وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ الْجَنَّة، وشهرُ الْمُوَاسَاةِ وشهرٌ يُزَادُ فِيْهِ رِزْقُ الْمُؤْمِنِ، مَنَ فَطََّرَ فِيْهِ صَائِمًا كان لَهُ مغفرةً لِذُنُوْبِهِ، وَعِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ، وكان له مثلَ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أنْ يَنْقُصَ مِن أجرِه شيء. قُلْنَا: يَا رسولَ اللهِ لَيْسَ كُلُّنَا نَجِدُ مَا يُفَطِّرُ الصَائم؟ فقال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: يُعْطِي اللهُ هذا الثوابَ مَنْ فطَّر صائما على مَذْقَةِ لَبَنٍ، أو تَمْرَةٍ، أو شربةٍ مِنْ مَاءٍ، ومَنْ أَشْبَعَ صَائِمًا سَقَاهُ اللهُ مِنْ حَوْضِي شربةً لاَ يَظْمَأ حتَّى يدخلَ الجنةِ، وهو شهرٌ أَوَّلُهُ رحمةٌ وَأَوْسَطُهُ مغفرةٌ، وآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ، مَن خَفَّفَ عَنْ مَمْلُوْكِهِ فيه غَفَرَ له وأَعْتَقَهُ مِنَ النار، فَاسْتَكْثِرُوْا فِيْهِ مِنْ أَرْبَعِ خِصَالٍ: خَصْلَتَانِ تَرْضَوْنَ بِهِمَا رَبَّكُمْ، وَخَصْلَتَانِ لاَ غِنَى بِكُمْ عَنْهُمَا. فَأَمَّا الْخَصْلَتَانِ اللَّتَانِ تَرْضَوْنَ بِهِمَا رَبَّكُمْ فَشَهَادَةُ أنْ لاَ إله إلاَّ الله وَتَسْتَغْفِرُوْنَهُ، وأمَّا اللتان لا غِنَى بِكم عنهما فَتَسْأَلُوْنَ الجنةَ وَتَعُوذُونَ بِهِ مِنَ النَّارِ وَمَنْ أَشْبَعَ فيه صائما سقَاهُ اللهُ مِنْ حَوْضِي شُربةً لاَ يَظْمَأُ حتَّى يدخلَ الجنة
Dari Salman Al-Farisi ra. berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah pada hari terakhir bulan Sya’ban: Wahai manusia telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan penuh berkah, didalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasanya wajib, dan qiyamul lailnya sunnah. Siapa yang mendekatkan diri dengan kebaikan, maka seperti mendekatkan diri dengan kewajiban di bulan yang lain. Siapa yang melaksanakan kewajiban, maka seperti melaksanakan 70 kewajiban di bulan lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran balasannya adalah surga. Bulan solidaritas, dan bulan ditambahkan rizki orang beriman. Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan mendapatkan pahala seperti orang orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi pahalanya sedikitpun ». kami berkata : »Wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam Tidak semua kita dapat memberi makan orang yang berpuasa ? ». Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:” Allah memberi pahala kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan satu biji kurma atau seteguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan dimana awalnya rahmat, tengahnya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka . Siapa yang meringankan orang yang dimilikinya , maka Allah mengampuninya dan dibebaskan dari api neraka. Perbanyaklah melakukan 4 hal; dua perkara membuat Allah ridha dan dua perkara Allah tidak butuh dengannya. 2 hal itu adalah; Syahadat Laa ilaha illallah dan beristighfar kepada-Nya. Adapaun 2 hal yang Allah tidak butuh adalah engkau meminta surga dan berlindung dari api neraka. Siapa yang membuat kenyang orang berpuasa, Allah akan memberikan minum dari telagaku (Rasul saw) satu kali minuman yang tidak akan pernah haus sampai masuk surga” (HR al-‘Uqaili, Ibnu Huzaimah, al-Baihaqi, al-Khatib dan al-Asbahani).

 Persiapan Diri Secara Maksimal

a. Persiapan Mental
Persiapan mental untuk puasa dan ibadah terkait lainnya sangat penting. Apalagi pada saat menjelang hari-hari terakhir, karena tarikan keluarga yang ingin belanja mempersiapkan hari raya, pulang kampung dll, sangat mempengaruhi umat Islam dalam menunaikan kekhusu’an ibadah Ramadhan. Dan kesuksesan ibadah Ramadhan seorang muslim dilihat dari akhirnya. Jika akhir Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub yang lainnya, maka insya Allah dia termasuk yang sukses dalam melaksanakan ibadah Ramadhan.

b. Persiapan ruhiyah (spiritual)
Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an saum sunnah, dzikir, do’a dll. Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra. berkata:” Saya tidak melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim).

c. Persiapan fikriyah
Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa tidak menghasilan kecuali lapar dan dahaga. Hal ini dilakuakan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup. Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka.

d. Persiapan Fisik dan Materi
Seorang muslim tidak akan mampu atau berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :

• Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).
• Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
• Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).

Sarana penunjang yang lain yang harus disiapkan adalah materi yang halal. untuk bekal ibadah Ramadhan. Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan. Sehingga ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah secara khusu’ dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau kegiatan lain yang mengganggu kekhusu’an ibadah Ramadhan.

 Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah (Syahrul Ibadah)

Ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun harus meningkat. Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Ibadah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat merubah dan memberikan output yang positif. Perubahan pribadi, perubahan keluarga, perubahan masyarakat dan perubahan sebuah bangsa. Allah SWT berfirman : « Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri » (QS AR- Ra’du 11).

Diantara bentuk-bentuk peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan Ramadhan, misalnya; peningkatan, ibadah puasa, peningkatan dalam tilawah Al-Qur’an, hafalan, pemahaman dan pengamalan. Peningkatan dalam aktifitas sosial, seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan beban umat Islam. Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang dan produksi negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).

 Mengutamakan Ukhuwah Islamiyah dan Persatuan Umat Islam
Bulan Ramadhan adalah bulah rahmat, dimana kasih sayang dan persaudaraan harus diutamakan dari yang lainnya. Ukhuwah Islamiyah adalah prinsip dari kebaikan umat Islam. Sehingga ibadah Ramadhan harus berdampak pada ukhuwah Islamiyah. Dan ukhuwah Islamiyah ini harus terlihat jelas dalam penentuan awal dan akhir Ramadhan dan mengsisi ibadah Ramadhan. Namun demikian, semuanya harus tetap komitmen dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Diperlukan sikap bijak dari para ulama untuk bertemu dan duduk dalam satu majelis bersama pemerintah (Departemen Agama) menentukan kesamaan awal dan akhir Ramadhan. Tentunya berdasarkan argumentasi ilmiyah yang kuat dan landasan-landasan yang kokoh berdasarkan Syariat Islam. Memang perbedaan pendapat (dalam masalah furu) adalah rahmat. Tetapi kesamaan penentuan awal dan akhir Ramadhan lebih lebih dekat dari rahmat Allah yang diberikan kepada orang-orang yang bertaqwa. Perbedaan pendapat dalam penentuan awal dan akhir Ramadhan adalah suatu pertanda belum terbangun kuatnya budaya syuro’, ukhuwah Islamiyah dan pembahasan ilmiyah dalam tubuh umat Islam, lebih khusus lagi para ulamanya.
Ukhuwah Islamiyah dan persatuan umat Islam jauh lebih penting dari ibadah-ibadah sunnah dan perbedaan pendapat tetapi menimbulkan perpecahan.

 Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (Bulan Taubat)

Bulan Ramadhan adalah bulan dimana syetan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Sehingga bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup baru dengan langkah baru yang lebih Islami.
Taubat berarti meninggalkan kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada kebenaran. Atau kembalinya hamba kepada Allah SWT, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.
Taubat bukan hanya terkait dengan meninggalkan kemaksiatan, tetapi juga terkait dengan pelaksanaan perintah Allah. Orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung. Allah SWT. berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nuur 31).
Oleh karena itu, di bulan bulan Ramadhan orang-orang beriman harus memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah SWT. Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizhaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka. Taubah dan istighfar menjadi syarat utama untuk mendapat maghfiroh (ampunan), rahmat dan karunia Allah SWT. “Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS Hud 52)

 Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah, Da’wah
Bulan Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para da’i dan ulama untuk melakukan da’wah dan tarbiyah. Terus melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah). Membuka pintu-pintu hidayah dan menebar kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk menolak kezhaliman dan kemaksiatan. Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan masjid dengan aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dll, sampai terwujud perubahan-perubahan yang esensial dan positif dalam berbagai bidang kehidupan. Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan, sehingga kebaikan itulah yang dominan atas keburukan. Dan dominasi kebaikan bukan hanya dibulan Ramadhan, tetapi juga diluar Ramadhan

 Mengambil Keberkahan Ramadhan secara Semaksimal
Ramadhan adalah bulan penuh berkah, penuh berkah dari semua sisi kebaikan. Oleh karena itu, umat Islah harus mengembail keberkahan Ramadhan dari semua aktifitas positif dan dapat memajukan Islam dan umat Islam. Termasuk dari sisi ekonomi, sosial, budaya dan pemberdayaan umat. Namun demikian semua aktifitas yang positif itu tidak sampai mengganggu kekhusu’an ibadah ramadhan terutama di 10 terakhir bulan Ramadhan.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan bulan puasa sebagai bulan penuh amaliyah dan aktivitas positif. Selain yang telah tergambar seperti tersebut di muka, beliau juga aktif melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan. Rasulullah saw . menikahkan putrinya (Fathimah) dengan Ali RA, menikahi Hafsah dan Zainab.

 Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrul Muhasabah (Bulan Evaluasi)
Dan terakhir, semua ibadah Ramadhan yang telah dilakukan tidak boleh lepas dari muhasabah atau evaluasi. Muhasabah terhadap langkah-langkah yang telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah), sehingga kita tidak menjadi orang/kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan orang/kelompok lain tanpa mau bergeser dari perbuatan kita sendiri yang mungkin jelas kesalahannya.
Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah.

diambil dari Buku : PANDUAN IBADAH RAMADHAN DEWAN SYARIAH PUSAT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA yang diedit oleh Iman Santoso, Lc.

Minggu, 25 Juli 2010

Adab Malam Pertama (Zafaf)

Oleh Fir'adi Abu Ja'far, Lc

Khalid bin Walid pernah bertutur, "Ada dua hal yang paling aku sukai dalam hidupku: mengayunkan pedang di medan perang dan menghabiskan malam pengantin bersama istriku."

Ingatkah anda saat-saat melewati malam pengantin (zafaf) dahulu? Sesudah akad nikah terlaksana dan disaksikan oleh karib kerabat, keluarga dekat, para tamu dan undangan, maka kita telah memasuki saat yang paling peka. Hari itu seorang remaja yang melepas keperjakaannya menjadi seorang suami. Seorang gadis telah menutup masa lajangnya dan membuka lembaran hidup baru dengan corak dan mode yang serba baru. Iapun menjadi seorang istri pendamping sang suami. Teman setia dalam pelayaran hidup di dunia ini. Perasaan keduanya sangat sensitif ketika pertama kali bertemu dan berdekatan. Ada salah tingkah, tapi ada perasaan ingin selalu merapat. Hati berbunga-bunga, namun rasa gugup juga tak terkira. Ada rasa getar tapi penasaran juga tak terbendung.

Ada keindahan-keindahan yang mengalir deras dari salah tingkah di malam itu. Salah satunya adalah pasangan suami-istri (pasutri) saling menerima dan tidak saling menuntut ketika pertama kali biduk rumah tangga berlayar di malam zafaf. Yang terpikirkan saat itu adalah bagaimana seorang suami dapat memberikan bunga hati kepada istrinya. Juga sebaliknya seorang istri berpikir maksimal untuk memberikan pelayanan yang paripurna kepada pasangannya. Maka salah tingkah tak perlu ditakuti oleh pasangan baru, tetapi semestinya ia disyukuri hingga sampai ke dasar hati.

Adapun rambu-rambu pelayaran jangan diabaikan. Ingat, kekecewaan dan kegagalan di malam itu, menjadi lampu kuning bagi kehidupan selanjutnya. Dan bahkan bisa menjadi prahara dan bencana dahsyat dalam rumah tangga, yang lebih dahsyat dari gempa bumi biasa. Menikmati pelayaran dengan sentuhan perasaan yang dalam sangat membantu keduanya untuk bergandengan tangan, berjalan seiring menuju keluarga yang penuh berkah. Keindahan malam itu menjadi jalan untuk saling menerima, saling memberi dan saling mempercayai yang dibingkai kerinduan-kerinduan halus yang menggema, memenuhi lorong-lorong hati. Adapun salah tingkah dan canggung menjadi warna tersendiri dan bahkan menambah indahnya suasana. Begitulah cara Allah SWT menaburkan rahmat-Nya bagi hamba-hamba-Nya.

Malam pengantin sangat membekas di sanubari. Ia menjadi memori paling berkesan dan memberikan makna yang paling dalam menembus lorong-lorong hati. Ternyata hal inilah yang menjadi rahasia berbinarnya kedua mata Khalid bin Walid RA saat mengenang keindahan malam pengantin, menjelang detik-detik terakhir kepulangannya menghadap Sang Pemberi Cinta. Ia masih sempat menyuarakan gemericik hatinya, "Tiada kenangan yang lebih indah dalam hidupku, dari pada malam pengantin yang amat mendebarkan hati bersama bidadariku tercinta, terlebih suasana bertambah syahdu, ketika Allah SWT mengguyur bumi ini dengan tetesan-tetesan air hujan perlambang turunnya rahmat dan kasih sayang-Nya."

Ada waktu-waktu untuk menikmati keindahan. Ada saat-saat untuk menghayati kebesaran Sang Maha pencipta, yang sangat luas kasih sayang-Nya kepada kita. Alangkah semerbaknya, bila malam pengantin ini diawali dengan shalat sunnah bersama dua raka'at. Memulai kehidupan sebagai pasutri dengan menyebut Asma-Nya dan bersimpuh pasrah di hadapan-Nya. Karena Dia-lah yang telah mengaruniakan kepada kita teman sejati, penyayang, pelindung, pengasih, dan pemberi ketentraman dan kedamaian. Dengan shalat dua raka'at, mudah-mudahan keburukan akan menjauh, berganti dengan rahmat Allah SWT. Shalat dua raka'at ini merupakan warisan generasi para sahabat kepada kita yang sepatutnya kita teladani. Karena menapak tilasi kehidupan orang-orang shalih, akan menetaskan kebahagiaan dan keberuntungan dalam hidup.

Setelah melaksanakan shalat dua raka'at bersama, maka suami memegang ubun-ubun istrinya seraya berdo'a, "Ya Allah sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kecantikan dan keelokan perangainya, dan aku mohon perlindungan-Mu dari kejelekan dan keburukan perangainya." Hendaknya suami bersikap lemah lembut dan mengajak istrinya berbicara dari hati ke hati dengan tutur kata yang halus, lemah lembut dan menyenangkan. Karena yang demikian itu akan mencairkan segala kebekuan dan kekakuan. Walaupun wajah masih gugup dan tangan masih bergetar hebat, namun rasa cinta dan kedamaian berada di dekat suami mulai mengalir di hati, mulai terasa denyutnya di dada. Segelas susu dan beberapa butir kurma di awal pertemuan dapat mencairkan suasana dan menghadirkan keasyikan. Ada kemesraan dan kelembutan yang tumbuh. Ada jalinan perasaan yang mulai terajut. Ada sikap kikuk yang mencair perlahan-lahan seiring dengan susu yang diminum berdua dari gelas yang sama.

Janganlah tergesa-gesa. Ajaklah istri anda bercanda dan bergurau terlebih dahulu sebelum anda mengajaknya berlayar di samudera cinta, agar cintanya kepada anda mengembang dan perasaannya terbangkitkan. Ia bisa lebih terbuka dan tidak terhalang oleh gumpalan awan rasa malunya. Setelah mendaki ke puncak kenikmatan dan urat-uratpun telah melemah, tunggulah istri anda menemukan dirinya setelah beberapa saat melayang-layang di awan jingga. Jangan tinggalkan dirinya, ingatlah masih ada usapan pelan yang mesra dan kecupan lembut di kening, masih ada yang diharapkannya.

Setelah itu dekatkan telinga hati anda dalam pelukannya. Dengarkanlah suara hatinya. Rabalah perasaannya, kebahagiaannya, harapan-harapannya. Dan mungkin juga sedikit kekhawatirannya sekaligus keinginannya untuk mendapatkan suami yang memberikan perlindungan, rasa aman, ketentraman, ikatan bathin dan penerimaan. Masih ada kehangatan yang tersisa menuju peraduan malam yang indah. Kerlingan mata dan pembicaraan singkat dan sederhana bisa mengantarkan pasutri ke peraduan sebelum menutup malam zafaf dengan do'a dan memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT. Setelah melantunkan do'a, terkatuplah mata perlahan-lahan. Sedangkan tangan pasutri masih saling menggenggam erat. Ada ketentraman di sana. Seolah-olah keduanya tak ingin dipisahkan lagi. Lakukanlah mandi janabah bersama, guna melengkapi kemesraan di malam zafaf, seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW bersama istri tercintanya Aisyah RA. Semoga ikatan hati semakin kuat, dan jalinan perasaan (al 'athifah) semakin tumbuh. Masih ada gurauan-gurauan kecil sewaktu mandi bersama.

Malam pengantin sejatinya bukan hanya sekadar milik pasangan baru. Tapi semestinya ia tetap lestari, subur dan tak boleh luntur meskipun usia pernikahan telah uzur. Tentunya dengan format, resep dan menu yang berbeda. Umur pernikahan boleh lapuk namun cinta dan kasih dalam keluarga tetap harus dipupuk. Di saat bahtera rumah tangga sedang dihantam badai konflik, kemelut yang cukup menegangkan persendian, maka mengenang keindahan malam-malam pengantin adalah satu solusi jitu untuk mengembalikan rumah tangga pada iramanya yang tenang. Agar kicauan burung-burung kembali terdengar, menyanyi dan bersenandung merdu. Di kala bunga-bunga cinta yang tumbuh di hati mulai kering dan layu, segeralah alirkan memori indah malam pengantin syahdu yang mendayu-dayu, agar ia bisa menjadi musim semi dalam taman rumah tangga. Kehadiran anak dalam rumah tangga, tidak menghalangi pasutri untuk menghidupkan kembali malam-malam pengantinnya, tentunya dengan mengatur tempat dan waktu yang tepat.

Bagi pasutri yang belum memiliki keturunan, jadikanlah malam-malam di awal musim panas ini menjadi malam-malam pengantin yang menyejukan hati dengan bumbu-bumbu yang serba baru. Belum hadirnya anak dalam rumah tangga, anggaplah sebagai bulan madu yang terus diperpanjang. Dan bagi yang masih hidup menyendiri, isilah malam-malam yang panjang dengan dzikir dan shalat malam. Perbanyaklah do'a di hadapan-Nya, agar sang bidadari atau sang arjuna yang dinanti dan didamba segera hadir menjelma di alam nyata. Jangan anda habiskan waktu luang untuk menghayalkan malam pengantin yang saatnya belum tentu. Karena keindahan yang anda bayangkan justru membuat anda semakin meradang dan menjerit pilu. Allahu A'lam bishawab.

silahkan lihat di: http://www.pks-arabsaudi.org/pip/?pilih=lihat&id=232

Puasa (semua tentang Puasa dari A-Z)

Pengertian Puasa
Puasa ialah menahan diri daripada makan dan minum serta perkara-perkara yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Hukum puasa bulan Ramadhan adalah wajib.

Golongan Wajib Puasa
Jumhur Ulama’ berpendapat bahwa golongan yang wajib berpuasa ialah :
1. Orang Islam ; tidak sah puasa orang kafir @ murtad
2. Berakal ; tidak wajib ke atas orang gila @ tidak suiman
3. Baligh ; tidak wajib ke atas kanak-kanak, tetapi puasanya sah.
4. Menetap di sesuatu tempat iaitu tidak musafir
5. Mampu berpuasa ; bukannya orang yang sakit ataupun terlalu tua


Rukun Puasa
1. Niat berpuasa.
Orang yang ingin berpuasa wajib seperti Puasa bulan Ramadhan (termasuk qadhanya), Puasa Nazar dan Puasa Kifarah hendaklah berniat di malam hari sebelum terbit fajar. Manakala mana-mana puasa sunnat bolehlah berniat sebelum gelincir matahari (waktu Zohor) dengan syarat belum lagi melakukan perkara-perkara yang boleh membatalkan puasa.
2. Menahan diri daripada makan dan minum serta perkara-perkara ayang boleh membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam fajar.
Di samping itu, orang yang berpuasa dikehendaki menjaga adab-adab puasa seperti meninggalkan segala perkara keji yang boleh mengurangkan pahala puasa tetapi tidak sampai membatalkannya misalnya mengumpat, menyebut perkataan keji dsb.

Perkara Yang Membatalkan Puasa
1. Makan dan minum dengan sengaja
2. Mengeluarkan mani dengan sengaja
3. Keluar haid, nifas atau wiladah
4. Melakukan persetubuhan walaupun tidak keluar mani . Wajib qada’ dan membayar kafarah iaitu
memerdeka sorang hamba, jika tiadak dapat hendaklahberpuasa 3 bulan berturut-turut dan jika
tidak mampu hendaklah memberi sedeqah makanan asasi kepada 60 orang miskin.
5. Muntah dengan sengaja
6. Memasukkan sesuatu ke dalam rongga yang terbuka dengan sengaja
7. Gila walaupun sebentar
8. Pitam atau pengsan sepanjang hari
9. Murtad

Hari Yang diharamkan Berpuasa
1. Hari Raya Puasa (1 Syawal)
2. Hari Raya Haji (10 Zulhijjah)
3. Hari Tasyrik (11,12 dan 13 Zulhijjah)
4. Hari Syak (30 Syaaban)

Hari Yang Disunatkan Puasa
1. Berpuasa 6 hari di bulan Syawal
2. 10 Muharram ( Hari Asyura)
3. sepanjang bulan Rejab
4. sepanjang bulan Syaban (terutama 15 Syaaban)
5. Hari Isnin atau Khamis
6. 13,14 dan 15 harin bulan setiap bulan Islam
7. berpuasa berselang hari iaitu sehari berpuasa sehari berbuka dan seterusnya

Sunat-Sunat Puasa
1. Menyegerakan berbuka

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

Dari Sahl bin Saad bahawa Rasululah SAW telah bersabda "Seseorang itu sentiasa mendapat kebaikan selama mana mereka menyegera berbuka puasa". Hadis riwayat Bukhari dan Muslim.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ

Rasulullah SAW apabila baginda berbuka puasa, baginda berbuka dengan beberapa biji kurma basah sebelum solat. Jika tiada kurma basah, baginda berbuka dgn kurma kering. Jika tiada kurma kering, baginda berbuka dengan beberapa teguk air. Hadis riwayat Ahmad, Abu Daud dan Turmizi.

2. Bersahur dan melambatkannya

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً.

Dari Anas RA bahawa Rasulullah SAW telah bersabda Bersahurlah kamu, kerana sahur itu mempunyai keberkatan. Hadis riwayat Bukhari dan Muslim.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اسْتَعِينُوا بِطَعَامِ السَّحَرِ عَلَى صِيَامِ النَّهَارِ وَبِالْقَيْلُولَةِ عَلَى قِيَامِ اللَّيْلِ

Dari Ibnu Abbas RA bahawa Nabi SAW telah bersabda ; Carilah kekuatan melalui sahur untuk puasa keesokan hari dan melalui Qailulah (tidur sebentar sebelum Zuhur) untuk mendirikan ibadah malam. Hadis riwayat Ibnu Majah.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلَا تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِين

Dari Abu Said al-Khudri, Rasululah SAW telah bersabda "Sahur itu membawa berkat, oleh itu janganlah kamu biarkan walaupun sesiapa drp kamu bersahur dengan seteguk air. Sesungguhnya Allah dan para malaikat sentiasa berdoa untuk orang-orang yang bersahur. Hadis riwayat Ahmad.

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْإِفْطَارَ وَأَخَّرُوا السُّحُورَ

Dari Abu Zar, Rasulullah SAW bersabda : Umatku sentiasa dalam kebaikan selama mana mereka bersegera berbuka puasa dan melambatkan sahur. Hadis riwayat Ahmad.

3. Berdoa selepas berbuka puasa

4. Memelihara percakapan drp perkataan dusta, lucah, keji dan tidak berfaedah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda : Sesiapa yang tidak menghentikan percakapan dusta dan terus melakukannya, Maka Allah SWT tidak mempunyai hajat pada orang tersebut untuk dia meninggalkan makan minumnya. Hadis riwayat Bukhari, Abu Daud, Turmizi, Nasaie dan Ibnu Majah.

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ , وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ.

Ramai orang puasa, tetapi balasannya hanya lapar dan dahaga (tiada pahala) dan ramai orang berjaga
malam (beribadah) balasannya hanyalah mengantuk (tiada pahala). Hadis riwayat Ahmad dan Tabarani.

وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ

Apabila seseorang drp kamu berada dalam hari puasa, maka janganlah ia memaki dan mengherdik orang lain. Andainya ia dicela oleh seseorang atau dimusuhi, hendaklah ia berkata "Saya berpuasa". Hadis riwayat Bukhari.

5. Membanyakkan membaca al-Quran dan berzikir serta beriktikaf

6. bersedeqah makanan dan harta

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

Sesiapa yang memberi makan kepada orang yang berpuasa (utk berbuka puasa), akan mendapat balasan pahala yang sama seperti pahala orang yang berpuasa itu tanpa dikurangkan sedikitpun drpnya. Hadis riwayat Turmizi dan Ibnu Majah.


Perkara-perkara Makruh Semasa Puasa:
1. Berbekam
2. Mandi terlalu kerap dan lama
3. Tidur sepanjang hari
4. Berkumur berlebihan
5. Merasakan makanan dengan lidah
6. Menggosok gigi selepas gelincir matahari (selepas waktu Zohor)

Golongan Yang dibolehkan Berbuka
a) orang sakit
b) orang musafir yang melebihi 2 marhalah
c) Ibu yang hamil
d) ibu yang menyusukan anak
e) orang yang terlalu tua
f) orang yang sentiasa bekerja berat
g) orang yang akan mendapat mudarat sekiranya meneruskan puasanya kerana terlalu lapar

Golongan Yang Wajib Berbuka
1. Wanita yang haid
2. Wanita yang keluar darah nifas

Qada’, Fidyah dan Kifarah
Orang yang meninggalkan puasa diwajibkan mengqadakkan semula puasanya atau membayar fidyah atau kedua-duanya sekali. Ia juga boleh dikenakan kifarah.
Qada’ Puasa ialah mengantikan semula puasa yang ditinggalkan di hari yang lain. Sementara Fidyah Puasa ialah denda yang dikenakan kerana meninggalkan puasa. Denda yang dikenakan ialah membayar secupak makanan asasi sesebuah negara spt beras, gandum dsb bagi satu hari puasa yang ditinggalkan.

Kifarah Puasa ialah denda yang dikenakan kepada LELAKI BERPUASA yang melakukan persetubuhan di siang Ramadhan. Dendanya ialah ;
a) Memerdekakan seorang hamba; atau
b) Puasa selama 60 hari berturut-turut ; atau
c) Memberi makan 60 cupak makanan asasi kepada fakir miskin

Golongan Wajib Qada’:
1. Orang yang berbuka kerana sakit, wajib qada puasanya setelah dia sembuh.
2. Orang yang berbuka kerana musafir, wajib qada puasanya setelah dia selesai daripada musafir.
3. Orang yang berbuka kerana tersangat lapar.
4. Orang yang perempuan berbuka kerana haid atau nifas, wajib qada puasanya setelah dia suci.
5. Orang yang berbuka kerana gila, wajib qada puasanya setelah dia sembuh.
6. Perempuan yang mengandung atau menyusukan anak yang berbuka kerana bimbang kesihatan dirinya.


Golongan Yang Wajib Membayar Fidyah sahaja

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ رُخِّصَ لِلشَّيْخِ الْكَبِيرِ أَنْ يُفْطِرَ وَيُطْعِمَ عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مِسْكِينًا وَلاَ قَضَاءَ عَلَيْهِ

Dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata : Telah diberi rukhsah kepada orang yang sangat tua untuk berbuka puasa dan memberi makan setiap hari (yang ditinggalkannya) seorang miskin dan tidak wajib qadha'. Riwayat Daruqutni dan al-Hakim
1. Orang tua yang uzur
2. Orang sakit yang tiada harapan sembuh
3. Orang yang sentiasa bekerja berat yang akan memudahratkan dirinya jika terus berpuasa

Golongan Yang Wajib Qada’ Puasa dan Membayar Fidyah
1. Perempuan yang mengandung atau menyusukan anak yang berbuka kerana bimbang kesihatan anaknya.
2. Perempuan yang mengandung atau menyusukan anak yang berbuka kerana bimbang kesihatan diri dan
anaknya.
3. Orang yang melewatkan qada’ puasa sehingga melewati Ramadhan yang berikutnya.

Golongan Yang Wajib Qada' dan Kifarah
1. Lelaki yang sengaja melakukan persetubuhan di siang hari Ramadhan.

sunber: http://tayibah.com/eIslam/PUASA.htm

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA

a.Makan dan minum dengan sengaja. Jika dilakukan karena lupa maka tidak batal puasanya.

b.Jima' (bersenggama).

c.Memasukkan makanan ke dalam perut. Termasuk dalam hal ini adalah suntikan yang mengenyangkan dan transfusi darah bagi orang yang berpuasa.

d.Mengeluarkan mani dalam keadaan terjaga karena onani, bersentuhan, ciuman atau sebab lainnya dengan sengaja. Adapun keluar mani karena mimpi tidak membatalkan puasa karena keluarnya tanpa sengaja.

e.Keluarnya darah haid dan nifas. Manakala seorang wanita mendapati darah haid, atau nifas batallah puasanya, baik pada pagi hari atau sore hari sebelum terbenam matahari.

f.Sengaja muntah, dengan mengeluarkan makanan atau minuman dari perut melalui mulut. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
”Barangsiapa yang muntah tanpa sengaja maka tidak wajib qadha, sedang barangsiapa yang muntah dengan sengaja maka wajib qadha." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi). Dalam lafazh lain disebutkan : "Barangsiapa muntah tanpa disengaja, maka ia tidak (wajib) mengganti puasanya)." DiriwayatRan oleh Al-Harbi dalamGharibul Hadits (5/55/1) dari Abu Hurairah secara maudu' dan dishahihRan oleh AI-Albani dalam silsilatul Alhadits Ash-Shahihah No. 923.

g.Murtad dari Islam (semoga Allah melindungi kita darinya). Perbuatan ini menghapuskan segala amal kebaikan. Firman Allah Ta'ala: Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. "(Al-An'aam:88).
Tidak batal puasa orang yang melakukan sesuatu yang membatalkan puasa karena tidak tahu, lupa atau dipaksa. Demikian pula jika tenggorokannya kemasukan debu, lalat, atau air tanpa disengaja. Jika wanita nifas telah suci sebelum sempurna empat puluh hari, maka hendaknya ia mandi, shalat dan berpuasa.

Menyudahi Kesalahan Biasa

Bismillahirrahmanirrahim!

Beranjak dari tumpukan kemalasan. Merangkak dari gundukan keresahan akan masa yang akan datang. Melangkah menyususri kesedihan. Meskipun terkadang seolah berkabut. Perjalanan ini penuh kekaburan.

Yang jelas, ketidakmauan untuk mengakhiri segalanya dengan kegetiran mulai menelusup dan mempengaruhi hormon motivasi. Gerakan itu perlahan mendobrak dan mengobrak-abrik dinding kenyamanan. Sakit sekali rasat tarikannya. Meski sadar akan kebaikannya dan butuh akan kesudahannya, gebrakan itu kadang dihalangi oleh jiwa dan hati.

Sudahlah! Rasanya tidak pernah keoptimisan yang aku tuliskan. Aku kini tentunya bukan aku yang dulu. Dan pasti tidak sama dengan aku di masa yang akan datang. Karena perubahan itu konstan. Setidaknya waktu.

Melepaskan segala atribut diri yang sudah dimiliki sejak lama walaupun beberapa waktu lalu terasa sangat berat. Apalagi dalam rangka mengubah karakter yang sudah berlarut-larut dalam jiwa. Tapi, masih ada ruang. Ya, karena sebenarnya semua yang kini besar berawal dari yang paling kecil.

Jadi berbuat aja yang kecil-kecil. Seiring dengan kettekunan dan waktu kelak ia akan memberikan warna baru yang gemerlap sehingga menyemburatlah keindahan.

Ya, terasa letih dengan kesalahan yang terus berulang. Dan itu seputar hal kecil saja. Hal yang tak pernah kupermasalahkan ternyata mengundang sejuta rasabagi yang lain. Sakit hati. Biasanya itu efek yang akan hadir tanpa kusadari. Sekian orang sudah sakit hati dengan hal yang menurutku amat sepele dan biasa aja.

Inikah bentuk keegoanku? Ataukah ini bentuk kelalaian yang di sengaja?

Yang jelas, aku tak pernah mengharapkan kejadian yang membuat sakit hati itu terjadi. Pada siapa pun. Aku doakan semoga sakit hati mereka digantikan dengan ketenangan dan rasa semangat untuk beramal. Dan Allah mudahkan semua urusan mereka.

Jadi penuh dosa. Maafkan aku yaaaaaaaaa.

Selagi ada waktu, aku akan upayakan perubahan ini. Ya, meninggalkan kebiasaan salah yang dianggap sepele. Mudahkan bagiku ya Allah....

Met Berubah wahai jiwa
Teguhlah pada prinsip
Sabarlah atas cobaan.
Kuatkan asamu
Nyatakan mimpi dan visimu dalam setiap ingatmu
Sehingga sekecil apapun yang dilakukan maka itu adalah jalan menuju visi
meraih mimpi
mendapatkan asa.










Teruntukmu Ibu

Maafkan aku
Aku malu bertemu denganmu
Aku takut ebgkau marah dan kecewa
harapanmu dan juga pesan Ayah
tetap kuingat

Maafkan, karena menganggap bisa dan sepele
akhirnya kini aku harus tersiksa

Ibu
walau mungkin engkau tak pernah membaca ini
aku tahu engkau akan rasakan getaran ini
karena aku berupaya
untuk jiwaku selalu satu irama dan satu gelombang dengan jiwamu
karena aku mencintaimu,Ibu

Maafkan, kalau sebatas ungkapan
Maafkan

Semoga keyakinanku bahwa akan datang masa dan perolehan terbaik
sudah kian dekat
sehingga aku mampu berikan padamu




Tuhan,kuatkanlah jiwa ini
melawan dan keluar dari godaan syetan
juga semua cabaran dan mehnah
Pada-Mu aku sandarkan
Pada-Mu aku serahkan
Wahai penguasa hidupku
Allah yang maha pengasih
.........
,,,,,
///////////////

Selasa, 20 Juli 2010

Hai, Muslim! Apa Karyamu?

Oleh : Setta SS

Berhenti, tak ada tempat di jalan ini.
Sikap lamban, berarti mati.
Mereka yang bergerak, mereka yang maju
ke muka. Mereka yang menunggu,
meski sejenak, pasti tergilas.

(Iqbal)

***

SEBAGAI agama yang dihadirkan dengan misi rahmatan lil ‘aalamiin, lingkup Islam menyentuh semua aspek kehidupan. Seorang muslim dituntut memahami Islam tidak sepotong-sepotong, tetapi harus secara komprehensip dan kaffah (menyeluruh).

Di samping konsolidasi pemahaman ke dalam, umat juga dituntut untuk melakukan syiar Islam bil hikmah ke pihak-pihak yang belum ber-Islam. Salah satu instrumen dakwah yang paling gampang bisa dilihat dan mempunyai daya tarik adalah sejauh mana performance umat Islam memberi kontribusi bagi kemajuan dan kemakmuran dunia. Tantangan ke depan semakin rumit dan kompleks. Umat Islam harus bertindak optimis dan proaktif untuk menjawabnya.

Sebagai kholifatullah fil ardli, umat Islam hadir membawa misi Ilahiyah. Dunia ini harus diproses menjadi mazra’ah al-akhirah (lahan akhirat). Ini memerlukan kualitas pemahaman sehingga sanggup memberi inspirasi etos kerja tingkat tingi. Jangan sampai kemiskinan dan kegagalan terjadi karena disengaja oleh prilaku hidup kita sendiri.

Genderang globalisasi telah ditabuh. Bebas bersaing dan bertanding. Di tengah gemuruhnya kehidupan dan panasnya api persaingan, mata batin tetap harus tajam, waspada dan lincah menghadapi tantangan, dan sigap menangkap setiap peluang. Karena hanya mereka yang mampu mencipta dan menangkap peluang yang kelak akan menjadi pemenang. Kewaspadaan, reaksi batin, kecepatan dan keuletan merupakan perangkat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang calon pemenang.

Hidup adalah perjuangan, dan perjuangan pasti mengandung resiko. Tak ada satu gerak pun di muka bumi ini yang berlalu tanpa resiko. Mereka yang ketakutan akan resiko adalah potret dari umat pengecut dan melawan fitnah alamiah.

Hidup terasa indah justru di saat kita keluar dari arena permainan yang penuh resiko sebagai pemenang. Sebaliknya, pengecut adalah mereka yang hadir di bumi dan kehilangan arah, rendah kemauan, serta membiarkan waktu berlalu tanpa makna. Sedikitpun tanpa merasa berdosa.

Kita hadir di dunia bagai biduk perahu yang telah lepas dari tali tambatnya. Kini hanya ada samudera terbentang di hadapan kita. Waspadalah! Kayuhlah terus, melaju dengan gagah perwira. Jangan gelisah apalagi mengumbar sumpah serapah. Sebab gerutu dan cacian tidak akan pernah menyelesaikan suatu masalah. Berhentilah menyalahkan nasib. Tegarkan kaki, gerakkan tangan, cerahkan pikiran, dan dayakan semua aset kemampuan yang dimiliki agar kehadiran kita di muka bumi ini penuh arti.

Islam memiliki pandangan positif terhadap etos kerja. Kesadaran kerja dalam Islam bermakna pahala. Bukan semata bernilai gaji dan menepis status gengsi. Tidak hanya untuk memuliakan diri sendiri, tetapi lebih dari itu kerja merupakan manifestasi dari realisasi iman.

Milenium III, umat Islam harus menyongsong kompetisi terbuka pasar global. Kita perlu mewaspadai petarung-petarung liar yang tidak menggunakan iman sebagai landasan bersaing. Sangat mungkin akan terjadi penggilasan kelompok-kelompok lemah oleh kelompok kuat. Mirip hukum rimba, yang lemah kian musnah, yang kuat semakin gagah.

Umat Islam harus mulai pasang kuda-kuda, benahi barisan umat, dan pertajam visi keilmuan jika tidak ingin menjadi santapan kaum kafir. Tidak bisa tidak, Islam harus semakin kokoh mewarnai dan membentuk pandangan setiap muslim. Yakni pandangan yang progresif, obsesif, dinamis dan optimis. Mampu melahirkan etos kerja yang tinggi, produktif, inovatif dan berstamina pantang menyerah.

Dengan cara ini, umat Islam akan memiliki daya saing kompetitif dan mengambil peran penting dalam pembentukan orde dunia yang bernuansa islami. Inilah salah satu modal dasar untuk mengukuhkan diri sebagai umat terbaik sebagaimana yang dikehendaki Allah Swt.

So, kini masihkah terbersit dalam benak kita untuk bersantai ria, merelakan begitu saja waktu berlalu tanpa makna tiada guna?
***

1o Maret 2oo9 o8:o7 p.m.
Disadur dari Buletin Lembaga Dakwah Islam Gua Hiro, 2oo3.

sok puitis

Di hati ini hanya Allah yang tahu.
Di hati ini aku rindu padamu
di hati ini penuh dengan pertanyaan
wahai insan terkasih
Resah dan gelisah ini membuncah
ingin sekedar mendengar suaramu
biar sekedar tahu kondisimu kini
wahai insan terkasih

aku tak pernah peduli
apapun yang kini kau rasa
aku tak tahu adakah getar ini di dadamu
adakah sedikit resah yang sama
menerpa hatimu

aku tak tahu kenapa
tiba-tiba saja
seluruh aliran darah ku menyebu namamu
kaki dan tanganku bergetar menahan rasa
bahkan lututku lemas
sungguh terpaan rasa ini terkadang menyiksa

Tuhanku………………oh Tuhan
Engkau saksikan dengan nyata detak hati ini
Engkau ketahui dengan jelas desiran dalam darah ini
Engkau pasti tak akan melupakan ini
Kelak Engkau akan menagih ini padaku
di saat semuanya berbaris di hadapan-Mu
Tak satu pun yang akan berdusta
semua akan menyampaikan kisahnya
dengan sejujur-jujurnya

Tuhan
Engkau pasti tak pernah lupa
Engkau saksikan di usiaku kini
dan perasaan yang mendera ini
Tuhan
Aku tak kuat
Aku sangat lemah
Aku tak kuasa melawan ini

aku berharap deraan ini adalah fitrahku
sebuah bentuk kemahakuasaanmu
menciptakan makhluk dengan berpasang-pasangan
memberikan rasa tenteram pada pasangan


Tuhanku
tolong aku
ku mohon
rasa ini jangan menjadi bumerangku
Aku tidak berhak tentang rahasia-Mu di masa depan
Walau rasa ini ada padanya
walau hati ini tertuju padanya
Sungguh Tuhan
Aku tak ingin menadi yang melalaikan-Mu

Bantulah aku Tuhan
Sungguh aku ta ingin menjadi pelanggar syariat-Mu
Aku ingin patuhi semua dari-Mu
Betapapun hati ini
haruslah Engkau yang nomor satu

Tuhan
di saat rasa ini mendera
di kala hasrat ini membuncah
tatkala lintasan itu berkelebat tiada henti
Jangan biarkan aku Tuhan
Jangan tinggalkan aku

Tolong lindungi aku dari syetan yang melenakan
Tolong kuatkan hati ini
suburkan keikhlasan sehingga ada benteng dari syetan
Tuhan, aku sangat berharap pada-Mu

Di hati ini
Engkau saksikan kelebatan rasa itu
Di hati ini
Engkau ketahui hasrat ini
bahkan detakan wajah dan nama itu

aku malu pada-Mu wahai Tuhan
tapi aku tak kuasa melawan terpaan ini

JIka rasa ini akan berujung kebaikan
sabarkan aku menjalani
tanpa melanggar syariat-Mu
hingga tiba kebaikan itu

Jika rasa ini akan mengundang musibah
sabarkan aku
untuk menghapusnya dengan jalan syariat-Mu pula
hingga bersih seperti kain putih yang paling bersih

Tuhan……
Wahai Tuhan
Engkau penciptaku
Engkau menguasai segala sesuatu


Biarkanlah wahai Tuhan
Rasa cintaku padamu
Rasa cintaku pada rasul-Mu
Rasa cintaku pada jihad di jalan-Mu
mendominasi hatiku

Maafkan semua khilafku Tuhan
Ampuni segala dosaku Tuhan
Wahai Engkau yang maha pemaaf dan maha pengampun
Aku adalah hamba-Mu
Tuhanku
Allahku
Hanya Engkau lah tuhanku wahai Allah
Hanya Engkau sajayang aku sembah
Hanya Engkau tempat aku meminta pertolongan
Kupasrahkan dan kuadukan rasa ini pada-Mu

Rasa ini datang dari-Mu, harapanku
dan sepantasnya aku kembalikan pada-Mu
Tolong jaga aku
Lindungi aku dari segala kejahatan dan kemaksiatan
Masukkan aku ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang menyucikan diri
Allahu Akbar
…………………….

Sabtu, 17 Juli 2010

MASA DEPAN

kek judul artikel aja.
tapi, emang sulit ya merancang masa depan. Semoga tidak pernah da rasa sesal di hati dengan semua yang kuterima.

Semoga ada jalan terbaik tuk aku bisa raih gelar akademik itu. setidaknya berganti baju dan identitas akademis. biarlah.

atau bisa ikutan di ma'had abu ubaidah belajar bahasa arab. semoga segera jelas.
jadi khawatir target tahu depan kelelet lagi, AHHH
terlalu khawatir dengan masa depan. sesuai rencana awal aja. setelah pasti urusan akademis ini maka nekad aja. heeehheheeeee

siapa? dimana?
Rahasia kali.
biarkan saja woooooooooooooiiiiiiiiiiiiiiiiii.

tuk y baca jangan pening2 kali mehaminya. namanya aja curhat diary. yah moodnya seenak wae lah.
tapi capek lah. ndak ada kegiatan. di struktur tak diterima. ahhhhhhhhh

di nizam terancam. capeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeek
jadi tenang aja bawaanya. tenang paok. ndak ada makna.

ampuni aku Tuhanku.

Kamis, 15 Juli 2010

Biarkan ketetapan itu

Semoga pertahanan hati dan jiwa tetap segar dan kokoh. Kesalahan di masa lalu tak untuk disesali. Menerima dan menyikapi semua keputusan ini harus dengan tenang dan jangan sampai jatuh ke dalam lembah kemaksiatan lagi.

Semoga sang bundaku tersayang tidak shock dengan berita ini. Aku hanya berharap bisa mendapatkan solusi terbaik. Betapapun, rasanya tetap penting aku untuk mendapatkan lisensi menyampaikan ilmu tuk yang lain. sekalipun bukan dari *****d.

Semoga!

Rabu, 07 Juli 2010

mau buat entry tapi malas

sejadinya saja. begitu kehidupan ini harus berlanjut dan tidak bisa ditunda. maka, jalani saja. semoga saja masa depan menjadi lahan terbaik sebelum ajal menjemput. tak perlu menjaga izzah dengan membangun kemunaikan. cukup sederhana saja dan jadilah insan sejati. insan yang berkekurangan tetapi berusaha untuk sempurna atau menjadi lebih baik.

kupatrikan saja dalam hatiku. aku akan tersenyum untuk semua. yah, di hati ini hanya Tuhan yang tahu. akan kurangkai semua meskipun dalam remang dan gelap. aku yakin, cahaya terang itu sudah dekat. hanya masalah waktu dan ikhtiar saja.

untuk masalah masa depan, memang penuh teka-teki. jadi jangan risau. rancang saja. muhasabah dengan masa lalu. dan fokus pada masa kini. enjoyyyyy.

masih harus berlari mengejar ketertinggalan. semangat aja. kehilangan atau mendapat sesuatu, itu mah urusan lain. tepati janji dan kerjakan kewajiban. biarkan sang waktu akan mengantarkan ke lembah kebahagiaan.

dan kebahagiaan itu adalah hasil rajutan bahagia dalam perjalanan.

biarkan saja dia semakin agak kabur. karena ada Dia yang maha. maha agung dan maha kasih.

'kan ku utuskan salam ingatanku dalam do'a kudusku sepanjang waktu' (untuk seorang lelaki yang aku kagumi, my father. lipatkan balasan kebaikannya ya Allah)

Minggu, 04 Juli 2010

Merasa

Merasa. Sebuah kata yang tidak setiap orang mampu. Banyak yang merasa bisa. Tetapi sering manusia tidak bisa merasa.

Merasa dicintai. Merasa mencintai. Rasa cinta. Rasa yang sering merusak. Rasa yang sering memberikan energi baru bagi yang merasakannya.

Cinta. Seperti sebilah pisau. Ia menjadi penuh manfaat jika manajemennya tepat. Namun rasa cinta sering menjadi terkuak ke permukaan dan mengantarkan insan yang merasakan menjadi ‘tersangka’. Tersangka karena terkena virus. Terkena penyakit hati yang merusakkan niat. Dan sering insan tersebut akhirnya tersingkir dari kancah perjuangan dakwah.

Tapi apakah cinta itu virus?
Bukankah cinta itu fitrah manusia?
Bukankah rasa suka itu lumrah dan wajar?
Lalu, kenapa sering rasa itu menjadi penghancur?

Sebenarnya, penyikapan dan penataan hati saat rasa itu hadar yang menjadikan insan menjadi tersalah. Sebuah aksioma dalam hal ini: Bahwa satu obat rasa itu adalah NIKAH.

Jelas dan lugas. Tatkala hal ini tak terpenuhi, di sinilah sering terjadi kesalahan. Rasa itu menjadi bumerang. Aktivitas menjadi berkurang. Banyak merenung, menghayal dan berangan-angan. Kemudian hadirlah rasa yang seolah menjadi keyakinan: Dia adalah yang terbaik untukku. Sebuah keyakinan yang sebenarnya terbentuk sebagai bentuk interaksi dengan hayalan yang dibangun oleh syetan.

Yang terbaik
Siapakah yang terbaik untukku?
Jawabannya akan diperoleh setelah semua prosedur pernikahan dijalani dengan benar. Proses ta’arru yang suci dari hal yang tidak dibenarkan Islam. Khitbah yang jauh dari acara jahili. Dan akad nikah yang di sertai walimatul ursy yang jauh dari kebiasaan jahili. Setelah akad itulah pertanyaan itu dapat dijawab. Dialah yang Allah Pilih sebagai insan terbaik untukmu. Dan jikalau di masa datang Allah takdirkan berpisah (semoga tidak terjadi), percayalah Allah akan memberikan yang terbaik.

Menurut kita, x itu yang terbaik. Tetapi boleh jadi Allah memberikan yang lain. Karena Allah yang mengetahui kebutuhan hamba-Nya. Akankah kita mengingkari Allah itu maha pengasih, maha penyayang dan maha bijaksana?

Sehingga, tatkala hadir rasa cinta, tanyakanlah hatimu dan renungilah semua sisi kehidupan. Kehidupan ukhrowi dan duniawi. Boleh jadi yang menurut kita baik agamanya tetapi ternyata tidak Allah kabulkan untuk menjadi milik kita karena ternyata dia berubah di kemudian hari. Atau, jika kita bertemu dengannya, kita kan mejadi durhaka atau manja sehingga perna dakwah kita menjadi berkurang. Demikianlah. Allah selalu lebih tahu daripada kita yang merasa cinta. Karena Allah adalah sang pencipta. Dia maha tahu dan maha bijaksana.
Semoga tidak ada perasaan merasa lebih tahu dan merasa bisa menentukan takdir hidup sendiri. Karena Allah yang menentukan sesuai kehendaknya. Maka benahilah usaha. Genapkan ikhtiar. Biarkan Allah memberikan balasan-Nya. Sucikanlah hati bersama rasa itu. Jangan biarkan Dia cemburu karena cintamu terbagi dari cinta-Nya.

Kamis, 01 Juli 2010

Menerima Kenyataan

Beginilah retak garis yang tercipta. Apapun itu, hanya harus berani untuk menegakkan kepala dan tetap tersenyum. Tersenyum untuk berarti bahagia. Setidaknya untuk membahagiakan saudara yang di sekitar.

Sudah malas rasanya membuat list kembali masalah-masalah yang dihadapi. Tidak pernah berubah. Itu-itu aja.

Lebih baik berpikir menerima aja. Berani mengucapkan terima kasih untuk semua. Semoga dengan itulah Allah menakdirkan bahwa diri dan jiwa ini ridha dengan takdirnya.

Ayo bangkit. Hadapi saja semua. Terimalah apa yang didapat. Meskipun sakit di hati atau cercaan. Karena yang terpenting adalah bagaimana sisa usia ini bisa diisi dengan peran bermakna dan penuh kemanfaatan. itu saja.

Laa izzata illa bil jihad.
itu kini yang harus aku tanamkan di dalam keyakinanku. Mudahkan ya Allah!!